Saturday, August 22, 2009

Ramadhan PertamaKu

penulis asmaul chusna |


Menjelang maghrib aku merasa tidak tenang... Rencana menelfon umi masih belum terlaksana semenjak pagi. Padahal sebelum tidur sudah kuagendakan untuk menelfon umi. Kulihat jam analog ponselku menunjukkan pukul 17.20, setelah mendapat telfon dari orang jauh:P

Sambil menunggu angkot yang tidak juga nongol, hati semakin gelisah... Kapan nih telfon umi, ramadhan hampir datang. Akhirnya ramadhan datang bersama dengan kumandang adzan maghrip di kota Malang. Yah... maafkan anakmu umi... belum sempat menghubungi. 20 menit perjalanan dari perempatan Dieng Plaza, akhirnya aku sampai di daerah Kerto-kerto [area Kost mahasiswa Brawijaya]. Agak aku percepat langkahku bersama sahabatku, Eni, sambil bertanya dalam hati, "ada wartel yang buka nggak ya?? ni pulsa lagi mepet juga".

Pukul 18.14 lebih sekian detik aku berhasil menemukan wartel, dari segera kupencet tombol pesawat telfonnya. Bismillah, 03*5**13**. Tuuuut...tuuuuut.....

"assalamu'alaikum....", suara umi ditelfon membuat air mata berderai-deraiT.T
"sinten niki..." walah tambah banter nangisku...
" wa'alaikum salam, chusna bu..." jawabku..
" oh... sehat??? nggak muleh tho?? kapan mulihe???" berondong umi... tambah bersalah saja aku...
Pikiranku segera melayang ke rumah. Pasti umi sedang siap-siap untuk tarawih dan tadarus... sibuk menyiapkan sahur untuk adekku...
Hhhh... pasti umi nangis juga deh... maklum dirumah cuman berdua sama adek... pasti deh umi inget abah... pasti deh umi bilang -anak-anakku di malang dan di Yogya makan sahur pake apa ya???-
Wuuah, membayangkannya tambah seru nangisnya :P
Setelah bebrapa menit ngobrol, akhirnya ku tutup dengan permintaan maafku sambil nangis2 hehehe...
and the last word, that never forget... " aku sayang ibu...."
Wuuuaaaaah.... lueeega.... finnaly.... semua tersampaikan... alhamdulillah...

Aku kembali teringat pada memori lama, saat masih belum berani bilang "sayang" dengan umi. Rasanya biasa saja saat datang dan pergi dari rumah. Tidak ada berat saat meninggalkan rumah, tidak ada rasa kangen saat berada jauh dari rumah dan tidak ada rasa bahagia saat datang kembali... Tetapi setelah membiasakan ucapan "sayang" ke umi... semua menjadi tidak sama lagi... Mungkin awalnya akan canggung.. tapi efeknya sangat luar biasa... Sudahkan anda melakukannya pada ibu anda??
Janganlah bangga saat lidah anda dengan mudahnya mengucap kata "sayang" pada orang lain jika pada ibu anda sendiri anda belum melakukannya...

===========

Ramadhan pertamaku tahun ini memang sangat berbeda... rasanya, semangatnya... semuanya...
Bahkan saat adzan isya' dikumandangkan, rasanya hati ini penuh dengan limpahan perasaan tidak karuan... Pengen nangis karena bahagia bertemu ramadhan kembali, pengen nangis karena jauh dari rumah, pengen minta ampun sama Gusti Allah atas dosa-dosa 11 bulan yang lalu, pengen memanjatkan permohonan sama Gusti Allah untuk target-target 11 bulan kedepan... Banyaaaaaaaaaaak yang ingin dilakukan pas Ramadhan ini... Semoga Allah memberikan kekuatan dan kemudahan pada aku, anda dan semuanya. Amin.... Selengkapnya...

Friday, August 21, 2009

SERIAL PUASA: ADAB SAHUR

penulis asmaul chusna |

Nggak mau kan puasa anda berkurang barakahnya hanya gara-gara kita tidak menjaga adab-adabnya?? Berikut serial puasa yang membahas masalah sahur. Jangan hanya karena alasan ngantuk, anda tidak bersahur. Syaikh Salim bin Ied al Hilaaly, dalam eBook "Fikih Puasa Praktis: Berpuasa Seperti Rasulullah Shalalahu Alaihi Wasallam" menjelaskan adab dan keutamaan makan sahur dengan cukup jelas. Semoga bermanfaat ^.^

Hikmah Makan Sahur

Allah mewajibkan puasa kepada kita sebagaimana Ia telah mewajibkannya kepada orang-orang sebelum kita dari kalangan Ahlul Kitab. Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Qs. al-Baqarah [2]: 183).

Waktu dan hukum puasa bagi umat Islam tak ubahnya dengan apa yang diwajibkan kepada Ahlul Kitab, yakni tidak boleh makan dan minum dan berjima’ setelah tidur. Artinya, jika salah seorang dari mereka tidur, ia tidak boleh makan hingga malam selanjutnya. Ketentuan semacam ini juga berlaku bagi kaum Muslim.[1] Rasulullah Saw telah memerintahkan untuk makan sahur sebagai pembeda antara puasa kita dengan puasanya Ahlul Kitab.

Dari Amr bin ‘Ash ra, Rasulullah Saw bersabda:

“Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur.”[2]

Keutamaan Makan Sahur

Di antara keutamaan makan sahur bagi seorang Muslim adalah sebagai berikut:

Pertama, makan sahur adalah keberkahan. Dari Salman ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:

“Keberkahan itu ada pada tiga perkara: al-Jama’ah, ats-Tsarid dan makan Sahur.”[3]

Dari Abu Hurairah ra diceritakan, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah menjadikan keberkahan pada makan sahur dan takaran.”[4]

Dari Abdullah bin al-Harits dari seorang sahabat Rasulullah Saw diriwayatkan, dikisahkan, Aku masuk menemui Nabi Saw ketika itu beliau sedang makan sahur, beliau bersabda:

“Sesungguhnya makan sahur adalah keberkahan yang Allah berikan kepada kalian, maka janganlah kalian tinggalkan.”[5]

Keberadaan makan sahur sebagai sebuah keberkahan sangatlah jelas. Sebab, dengan makan sahur berarti mengikuti sunnah, menguatkan puasa, dan memompa semangat untuk menambah puasa. Sebab, dengan makan sahur, puasa menjadi terasa lebih ringan bagi orang yang menjalankannya.

Dengan makan sahur juga, kita telah menyelisihi Ahlul Kitab. Sebab, mereka tidak melakukan makan sahur. Oleh karena itu Rasulullah Saw menamakannya dengan makan pagi yang diberkahi sebagaimana yang telah disebutkan di dalam dua hadits al-Irbath bin Syariyah dan Abu Darda ra:

“Marilah menuju makan pagi yang diberkahi, yakni sahur.”[6]

Kedua, Allah dan malaikatNya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur. Barangkali, keberkahan sahur yang begitu melimpah tersebut disebabkan karena Allah SWT akan mencurahkan ampunanNya kepada orang-orang yang makan sahur, memenuhi mereka dengan rahmatNya, dan malaikat Allah akan memintakan ampunan bagi mereka, berdoa kepada Allah agar mema’afkan mereka supaya mereka termasuk orang-orang yang dibebaskan dari siksa api neraka oleh Allah di bulan Ramadhan.

Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah Saw bersabda:

“Sahur itu makanan yang barakah, janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya meneguk setengah air, karena Allah dan malaikatNya bershalawat kepada orang-orang yang sahur.”

Oleh sebab itu, seorang Muslim hendaknya tidak menyia-nyiakan pahala besar yang berasal dari Rabb Yang Maha Pengasih. Adapun makan sahur yang paling utama adalah buah korma. Rasulullah Saw bersabda:

“Sebaik-baik sahurnya seorang mukmin adalah korma.”[7]

Barangsiapa yang tidak menemukan korma, hendaknya bersungguh-sungguh untuk bersahur walau hanya dengan meneguk seteguk air; disebabkan begitu melimpahnya keutamaan makan sahur, dan juga karena sabda Rasulullah Saw, “Makan sahurlah kalian walau dengan seteguk air.”

Mengakhirkan Sahur

Disunnahkan mengakhirkan sahur sesaat sebelum fajar. Pasalnya, Nabi Saw dan Zaid bin Tsabit ra melakukan sahur, dan ketika selesai sahur Nabi Saw bangkit untuk shalat subuh. Sedangkan jarak (selang waktu) antara sahur dan masuknya shalat Shubuh kira-kira sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk membaca lima puluh ayat di Kitabullah.

Anas ra meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ra:

“Kami makan sahur bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian beliau sholat.” Aku tanyakan (kata Anas), “Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?” Zaid menjawab, “kira-kira 50 ayat membaca al-Qur’an.”[8]

Ketahuilah wahai hamba Allah, kita diperbolehkan makan, minum, jima’ selama dalam keadaan ragu, apakah fajar telah terbit atau belum. Di samping itu Allah serta RasulNya telah menerangkan batasan waktu puasa hingga jelas benar, bahwa waktunya telah masuk Shubuh. Oleh karena itu, Allah SWT memaafkan kesalahan, kelupaan serta membolehkan makan, minum dan jima’, selama belum ada kejelasan; sedangkan orang yang masih ragu belum mendapat kejelasan, sehingga ia boleh makan, minum, dan jima’. Sesunguhnya kejelasan adalah keyakinan yang tidak ada keraguan lagi.

Hukum Makan Sahur

Rasulullah Saw telah memerintahkan kaum Muslim untuk makan sahur. Dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwasanya beliau bersabda:

“Barangsiapa yang mau berpuasa hendaklah sahur dengan sesuatu.”[9]

Dalam riwayat lain, beliau juga bersabda:

“Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barakah.”[10]

Beliau juga menjelaskan betapa tingginya nilai sahur bagi ummatnya; beliau bersabda:

“Pembeda antara puasa kami dan Ahlul Kitab adalah makan sahur.”

Di dalam hadits lain, Nabi Saw melarang meninggalkannya, beliau bersabda:

“Sahur adalah makanan yang barakah, janganlah kalian tinggalkan walaupun hanya meminum seteguk air karena Allah dan MalaikatNya memberi sahalawat kepada orang-orang yang sahur.”[11]

Rasulullah Saw bersabda:

“Sahurlah kalian walaupun dengan seteguk air.”[12]
====================================================================
[1] Lihat sebagai tambahan tafsir-tafsir berikut: Zâdul Masir, jld. 1, hal. 184 oleh Ibn al-Jauzi, Tafsîr al-Qur’an al-‘Adhim, jld. 1, hal. 213-214 oleh Ibn Katsir, ad-Durul Mantsur, jld. 1, hal. 120-121 karya Imam as-Suyuthi.

[2] HR Muslim 1096.

[3] HR. ath-Thabrani dalam al-Kabîr 5127, Abu Nu’aim dalam Dzikr al-Akhbar ash-Shbahan 1/57 dari Salman al-Farisi al-Haitsami berkata al-Majma 3/151 dalam sanadnya ada Abu Abdullah al-Bashiri, adz-Dzahabi berkata: “Tidak dikenal, perawi lainnya tsiqat.” Hadits ini mempunyai syahid dalam riwayat Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh al-Khatib dalam Munadih Auhumul Sam’i Watafriq 1/203, sanadnya hasan.

[4] HR. asy-Syirazy (al-Alqzb) sebagaimana dalam Jami’ ash-Shagir 1715 dan al-Khatib dalam al-Muwaddih, jld. 1, hal. 263 dari Abu Hurairah dengan sanad yang lalu. Hadits ini hasan sebagai syawahid dan didukung oleh riwayat sebelumnya. Al-Manawi memutihkannya dalam Fawaid al-Qadir, jld. 2, hal. 223.

[5] HR. an-Nasâ’i 4/145 dan Ahmad 5/270 sanadnya shahih.

[6] Adapun hadits al-Irbath diriwayatkan oleh Ahmad 4/126 dan Abû Dâwud 2/303; an-Nasâ’i 4/145 dari jalan Yunus bin Saif dari al-Harits bin Ziyad dari Abi Rahm dari al-Irbath. Al-Harits majhul (tidak diketahui). Sedangkan hadits Abu Darda diriwayatkan oleh Ibn Hibban 223, Mawarid dari jalan Amr bin al-Harits dari Abdullah bin Salam dari Risydin bin Sa’ad. Risydin dhaif. Hadits ini ada syahidnya dari hadits al-Migdam bin Ma’dikarib. Diriwayatkan oleh Ahmad 4/133. an-Nasâ’i 4/146 sanadnya shahih.

[7] HR. Abû Dâwud 2/303; Ibn Hibban 223; al-Baihaqi 4/237 dari jalan Muhammad bin Musa dari Said al-Maqbari dari Abu Hurairah. Dan sanadnya shahih.

[8] HR. Bukhâri 4/118 dan Muslim 1097. Al-Hâfidz Ibn Hajar al-Asqalâni berkata dalam Fath al-Bârî, jld. 4, hal. 238: “Di antara kebiasaan Arab mengukur waktu dengan amalan mereka, (misal): kira-kira selama memeras kambing. Fawaqa naqah (waktu antara dua perasan), selama menyembelih onta. Sehingga Zaid pun memakai ukuran lamanya baca mushaf sebagai isyarat dari beliau ra bahwa waktu itu adalah waktu ibadah dan amalan mereka membaca dan mentadhabur al-Qur’an.” Sekian dengan sedikit perubahan.

[9] HR. Ibn Abi Syaibah 3/8; Ahmad 3/367; Abu Ya’la 3/438; al-Bazzar 1/465 dari jalan Syuraik dari Abdullah bin Muhammad bin Uqail dari Jabir.

[10] HR. Bukhâri 4/120 dan Muslim 1095 dari Anas.

[11] HR. Ibn Abi Syaibah 2/8 dan Ahmad 3/12, 3/44 dari tiga jalan dari Abu Said al-Khudri. Sebagaimana menguatan yang lain.

[12] HR. Abu Ya’la 3340 dari Anas, ada kelemahan, didukung oleh hadits Abdullah bin Amr di Ibn Hibban no.884 padanya ada ‘an-anah Qatadah. Hadits hasan.

Selengkapnya...

Nggak mau kan puasa anda berkurang barakahnya hanya gara-gara kita tidak menjaga adab-adabnya?? Berikut serial puasa yang membahas masalah berbuka puasa. Syaikh Salim bin Ied al Hilaaly, dalam eBook "Fikih Puasa Praktis: Berpuasa Seperti Rasulullah Shalalahu Alaihi Wasallam" menjelaskan adab dalam berbuka puasa dengan cukup jelas. Semoga bermanfaat ^.^


Di dalam al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam.” (Qs. al-Baqarah [2]: 187).

Rasulullah Saw menafsirkan ayat ini dengan arti, “datangnya malam dan perginya siang, serta tersembunyinya bundaran matahari”. Syaikh Abdur Razzaq telah meriwayatkan dalam Mushannaf 7591 dengan sanad yang di-shahih-kan oleh al-Hâfidz Ibn Hajar[1] dan al-Haitsami[2] dari Amr bin Maimun al-Audi:

“Para sahabat Muhammad Saw adalah orang-orang yang paling bersegera dalam berbuka dan paling akhir dalam sahur.”

a. Menyegerakan Berbuka

Rasulullah Saw telah memerintahkan kepada kita supaya menyegerakan berbuka puasa, ketika matahari telah terbenam.

Dari Sahl bin Sa’ad ra, Rasulullah Saw bersabda:

“Senantiasa manusia di dalam kebaikan selama menyegerakan bebuka.”[3]

Di dalam riwayat lain yang dituturkan dari Sahl bin Sa’ad ra, dinyatakan, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“Ummatku akan senantiasa dalam sunnahku selama mereka tidak menunggu bintang ketika berbuka (puasa).”[4]

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda:

“Agama ini akan senantiasa menang selama manusia menyegerakan berbuka, karena orang-orang Yahudi dan Nasrani mengakhirkannya.”[5]

b. Berbuka Sebelum Sholat Maghrib

Rasulullah Saw berbuka sebelum sholat Maghrib[6] karena menyegerakan berbuka termasuk akhlaknya para nabi. Dari Abu Darda’ ra:

“Tiga perkara yang merupakan akhlak para nabi: menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan di atas tangan kiri dalam shalat.”[7]

c. Berbuka dengan Korma dan Air

Pada dasarnya, memberi asupan makanan manis pada tubuh, selepas berpuasa penuh, akan lebih membangkitkan selera dan bermanfaat bagi badan. Bahkan makanan manis, misalnya korma, akan menguatkan tubuh dan mengembalikan kesegaran pada tubuh kita. Adapun air, sesungguhnya, ketika sedang menjalankan ibadah puasa, banyak sekali cairan tubuh yang lenyap (dehidrasi). Oleh karena itu, air sangat diperlukan untuk menormalisasi cairan tubuh; sehingga tubuh kita tidak terkena dehidrasi.

Ketahuilah wahai hamba yang taat, sesungguhnya korma mengandung berkah dan kekhususan —demikian pula air. Lebih dari itu, ia akan memberikan pengaruh yang baik dan mensucikan hati kita. Hal ini tidak ada yang mengetahuinya kecuali orang yang mengikuti sunnah Rasulullah. Dari Anas bin Malik ra:

“Adalah Rasulullah Saw berbuka dengan korma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan korma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air.”[8]

d. Doa yang Diucapkan Ketika Berbuka

Doa yang paling afdhal adalah doa ma’tsur dari Rasulullah Saw. Nabi Saw jika berbuka mengucapkan:

“Dzahaba ad-dhâma’u wabtalati al-‘urûqu watsabbati al-ajru insyaAllah (Telah hilang dahaga dan telah basah urat-urat, dan telah ditetapkan pahala Insya Allah).”[9]

Ketahuilah, doa orang yang berpuasa akan dikabulkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, berdoalah kepadaNya dengan doa-doa yang baik, mudah-mudahan engkau bisa mengambil kebaikan di dunia dan akhirat. Dari Abu Hurairah ra dituturkan, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“Tiga doa yang dikabulkan: doanya orang yang berpuasa, doanya orang yang terdhalimi dan doanya musafir.”[10]

Doa orang yang sedang berpuasa pasti tidak akan ditolak, alias dikabulkan oleh Allah SWT. Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra; bahwasanya Nabi Saw bersabda:

“Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: orang yang puasa ketika berbuka, Imam yang adil dan doanya orang yang didhalimi.”[11]

Dalam riwayat lain, dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash, dituturkan, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya orang yang puasa ketika berbuka memeliki doa yang tidak akan ditolak.”[12]

e. Memberi Makan Orang yang Puasa

Siapa saja yang memberi makan kepada orang yang berpuasa niscaya akan mendapatkan pahala besar dan kebaikan yang banyak. Rasulullah Saw bersabda:

“Barangsiapa yang memberi buka orang yang puasa akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.”[13]

Orang yang sedang menjalankan puasa wajib memenuhi undangan (makan) saudaranya, dan orang yang diundang disunnahkan mendoakan pengundangnya setelah selesai makan dengan doa-doa dari Nabi Saw:

“ ‘Aftara ‘indakumus-sâ’imûna, wa ‘akala ta’âmakumul-‘abrâru, wa sallat ‘alaikumul-malâ’ikatu (Telah makan makanan kalian orang-orang bajik, dan para malaikat bershalawat [mendoakan kebaikan] atas kalian, orang-orang yang berpuasa telah berbuka di sisi kalian).”[14]

“Allâhumma ‘atim man ‘at’amanî wasqi man saqânî (Ya Allah, berilah makan orang yang memberiku makan berilah minum orang yang memberiku minum).”[15]
===================================================================
[1] Fath al-Bârî, jld. 4, hal. 199.

[2] Majma’ az-Zawaid, jld. 3, hal. 154

[3] HR. Bukhâri 4/173 dan Muslim 1093.

[4] HR. Ibn Hibban 891 dengan sanad shahih.

[5] HR. Abû Dâwud 2/305 dan Ibn Hibban 223, sanadnya hasan.

[6] HR. Ahmad 3/164 dan Abû Dâwud 2356, dari Anas dengan sanad hasan.

[7] HR. ath-Thabrani dalam al-Kabîr sebagaimana dalam al-Majma 2/105 dia berkata: “…marfu’ dan mauquf shahih adapaun yang marfu’ ada perawi yang tidak aku ketahui biografinya.” Syaikh Salim bin Id al-Hilali, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid menyatakan mauquf —sebagaimana telah jelas— mempunyai hukum marfu’ (lihat Sifat ash-Shaum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Fî Ramadhan).

[8] HR. Ahmad 3/163; Abû Dâwud 2/306; Ibn Khuzaimah 3/277-278; at-Tirmidzi 93/70 dengan dua jalan dari Anas, sanadnya shahih.

[9] HR. Abû Dâwud 92/306, no. 2357; al-Baihaqi 4/239; al-Hâkim 1/422; Ibn Sunni 128; an-Nasâ’i 1/66 dan dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, hal. 296; ad-Daruquthni 3/1401, no. 2247; dan al-Baghawi dalam Syarh as-Sunnah jld. 6, hal. 265. Semuanya diriwayatkan dari jalur Ali bin Hasan. Menurut al-Hâkim, haditsnya shahih dengan syarat Bukhâri dan Muslim, dan ad-Dzahabi menyepakatinya. Sedangkan ad-Daruquthni 2/185 berkata: “sanadnya hasan”. Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Nashiruddin al-Albâni dalam kitab Irwâ al-Ghalîl, jld. 4, hal. 39, no. 920.

[10] HR. Uqaili dalam ad-Dhu’afa’ 1/72, Abu Muslim al-Kajji dalam Juz-nya, dan dari jalan Ibn Masi dalam Juzul Anshari sanadnya hasan kalau tidak ada ‘an-‘annah Yahya bin Abi Katsir, hadits ini punya syahid yaitu hadits selanjutnya.

[11] HR. at-Tirmidzi 2528; Ibn Mâjah 1752; Ibn Hibban 2407 ada jahalah Abu Mudillah.

[12] HR. Ibn Mâjah 1/557; al-Hâkim 1/422; Ibn Sunni 128; ath-Thayalisi 299 dari dua jalan al-Bushiri berkata: 2/81 ini sanad yang shahih, perawi-perawinya tsiqat.

[13] HR. Ahmad 4/144, 115, 116, 5/192; at-Tirmidzi 804; Ibn Mâjah 1746; Ibn Hibban 895, di-shahih-kan oleh Imam at-Tirmidzi.

[14] HR. Abi Syaibah 3/100; Ahmad 3/118; an-Nasâ’i dalam Amalul Yaum wal Lailah, hal. 268; Ibn Sunni 129; Abdur Razzaq 4/311 dari berbagai jalan darinya, sandnya shahih.

[15] HR. Muslim 2055 dari Miqdad.

Selengkapnya...

Thursday, August 20, 2009

Strawberry Topping ice cream with wafer

penulis asmaul chusna |

Ingin berbuka dengan yang segar dan istimewa? Hmm...strawberry yang disajikan dengan krim keju ini bakal jadi pelepas dahaga yang spesial. Apalagi dipadu dengan biskuit renyah plus es krim vanili yang wangi. Nikmati perlahan sehingga lelehan es krim menyatu dengan strawberry, yummy!

Bahan:
2 sdm gula pasir
1 sdm air jeruk lemon
150 g strawbery segar, cuci, bersihkan, potong-potong
4 keping biskuit atau wafer, memarkan
4 skop es krim vanili

Krim Keju, kocok rata:
200 ml whipped cream
100 g cream cheese

Hiasan:
Wafer/biskuit

Cara membuat:

* Panaskan gula dan air jeruk lemon hingga leleh.
* Masukkan strawberry, aduk rata. Angkat dan dinginkan.
* Siapkan 4 gelas saji, taruh biskuit memar di dalam tiap gelas.
* Beri Krim keju, taruh strawberry dan biskuit, kerjakan selapis lagi.
* Taruh 1 skop es krim vanili di atasnya.
* Beri hiasan, sajikan segera.

Selengkapnya...

Wednesday, August 19, 2009

SERIAL PUASA: 33 Ketaatan dan Amalan Ibadah Ramadhan

penulis asmaul chusna |


Marhaban Ya Ramadhan... Marhaban Syahru Shiam.... Sudahkah anda merencanakan Ramadhan anda?? Segera rencanakan Ramadhan anda, jadikan Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan terbaik anda. Raih keistimewaannya dengan berlomba-lomba beramal shalih. Berikut beberapa amalan Ramadhan yang bisa anda lakukan untuk mengisi Ansyithoh Ramadhan 1430 H


Ustadz Abdullah al Hadramy menyampaikan 33 amalan ketaatan dan amalan Ibadah Ramadhan yang bisa anda lakukan.
  1. Senantiasa berniat baik sejak dari bangun tidur hingga bangun tidur lagi.
  2. Menjaga sholat 5 waktu di masjid.
  3. Berdzikir setelah sholat shubuh dan setelah sholat ashar dengan dzikir yang disunnahkan.
  4. Senantiasa mengisi waktu dengan tilawah Al Qur'an.
  5. Sholat tarawih berjama'ah di masjid.
  6. Menyibukkan diri dengan berbagai macam dzikir dan memperbanyak sholawat atas Nabi Muhammad SAW.
  7. Menjaga sholat-sholat sunnah, seperti Rawatib, witir, tahajjud, dhuha, dll.
  8. Berusaha merubah kebiasaan diri dengan niat ibadah, seperti tidur, makan, bersih-besih dan aktifitas harian lain yang awalnya dianggap biasa menjadi kebiasaan yang diniatkan ibadah.
  9. Senantiasa memperbanyak dzikir dengan memperbanyak doa setiap memulai dan mengakhiri aktifitas sehari-hari.
  10. Memanfaatkan kesempatan baik yang ada untuk berbuat baik kepada orang lain maupun diri sendiri.
  11. Memberikan makanan untuk berbuka puasa bagi orang yang berpuasa.
  12. Senantiasa bermuhasabah/instropeksi diri.
  13. Berupaya untuk bergau dengan orang-orang sholih.
  14. Berusaha membantu dan bermanfaat untuk orang lain.
  15. Mengoptimalkan beberapa ibadah dalam satu waktu. Misalnya hendak sholat di masjid, maka dalam perjalanan niatkan juga berjalan untuk ibadah, menyingkirkan halangan dijalan untuk ibadah dst.
  16. Menginginkan kebaikan untuk orang lain dengan saling nasehat menasehati, saling mengingatkan, berdakwah.
  17. Memperbanyak puasa di waktu-waktu yang mustajab, karena doa orang yang berpuasa adalah salah satu doa yang dikabulkan Allah.
  18. Berniat untukmendapatkan ridho Allah saat melakukan ibadah. Senantiasa berprasangka bahwa Allah telah memberikan kita kebaikan saat kita beribadah.
  19. Senantiasa menjaga wudhu.
  20. Menjaga lisan dari hal-hal yang sia-sia.
  21. Membaca do'a saat berbuka puasa dengan do'a yang diajarkan oleh Rosulullah.
  22. Menyegerakan berbuka puasa.
  23. Berusaha berbuka puasa sesuai dengan tuntunan Rosulullah.
  24. Bersahur dan mengakhirkan sahur.
  25. Berusaha memberi makan kepada orang lapar dengan niat hadiah dan shodaqoh.
  26. Tidak menyia-nyiakan 4 waktu istimewa, yaitu sebelum shubuh hingga shubuh, semenjak shubuh hingga terbit matahari, setelah ashar- matahari terbenam, dan antara waktu maghrib hingga isya'.
  27. Memperbanyak shodaqoh.
  28. Berusaha is'tikaf di masjid dan menghadiri majils-majlis ilmunya.
  29. Banyak membaca kitab-kitab yang melembutkan hati, menyucikan jiwa dan tuntunan amal sholih.
  30. Mendengarkan kajian-kajian tentang amalan yang melembutkan hati, menyucikan jiwa dan tuntunan amal sholih.
  31. Memaksimalkan ibadah di waktu adzan dan iqomah.
  32. Senantiasa mengingat kampung akhirat, kematian dan siksa Allah.
  33. Bersyukur pada Allah karena telah dipertemukan dengan Ramadhan, bersyukur saat berbuka puasa, dan bersyukur saat menyelesaikan ibadhan bulan Ramadhan.
Mari kita sempurnakan puasa Ramadhan kita dengan ketaqwaan dan penyucian diri. Semoga puasa kita tidak hanya mendapatkan lapar dan haus, tetapi puasa kita dicatat sebagai amal istimewa yang hanya Allah saja yang mengetahui pahalanya. Amin...^.^

Selengkapnya...

My Readers