Tuesday, October 27, 2009

KEUTAMAAN BULAN DZULHIJJAH

penulis asmaul chusna |

Berikut ini adalah kajian yang bulan dzulhijjah yang bisa anda baca dan amalkan. Artikel ini oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin. Selamat membaca^^

Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan segenap sahabatnya.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Rahimahullah, dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu : Sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah ?. Beliau menjawab : Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun”.

Imam Ahmad, Rahimahullah, meriwayatkan dari Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid”.

MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN

[1]. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umrah

Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Artinya : Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga”.

[2]. Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut, Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada Hari Arafah.


Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi :
“Artinya : Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku”.

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun”. [Hadits Muttafaq 'Alaih].

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah Rahimahullah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya”.

[3]. Takbir Dan Dzikir Pada Hari-Hari Tersebut.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala.
“Artinya : …. dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan …”. [Al-Hajj : 28].
Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma.
“Artinya : Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid”. [Hadits Riwayat Ahmad].

Imam Bukhari Rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha’, tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan : “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu” “Artinya : Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah”.

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah.
“Artinya : Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu …”. [Al-Baqarah : 185].

Tidak dibolehkan mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan berkumpul pada suatu majlis dan mengucapkannya dengan satu suara (koor). Hal ini tidak pernah dilakukan oleh para Salaf. Yang menurut sunnah adalah masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri. Ini berlaku pada semua dzikir dan do’a, kecuali karena tidak mengerti sehingga ia harus belajar dengan mengikuti orang lain.

Dan diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti : takbir, tasbih dan do’a-do’a lainnya yang disyariatkan.

[4]. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa.

Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta’atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.

Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya” [Hadits Muttafaq 'Alaihi].

[5]. Banyak Beramal Shalih.

Berupa ibadah sunat seperti : shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.
[6]. Disyariatkan Pada Hari-Hari Itu Takbir Muthlaq

Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama’ah ; bagi selain jama’ah haji dimulai dari sejak Fajar Hari Arafah dan bagi Jama’ah Haji dimulai sejak Dzhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.

[7]. Berkurban Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-hari Tasyriq.
Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta’ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu”. [Muttafaq 'Alaihi].

[8]. Dilarang Mencabut Atau Memotong Rambut Dan Kuku Bagi Orang Yang Hendak Berkurban.

Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu ‘Anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya”.
Dalam riwayat lain :
“Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban”.
Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah.
“Artinya : ….. dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan…”. [Al-Baqarah : 196].

Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.

[9]. Melaksanakan Shalat Iedul Adha Dan Mendengarkan Khutbahnya.

Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan ; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti ; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.

[10]. Selain Hal-Hal Yang Telah Disebutkan Diatas.
Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan ; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya.

Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya dan menunjuki kita kepada jalan yang lurus. Dan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad, kepada keluarga dan para sahabatnya.

[Artikel bahasa Arab dapat dilihat di http://www.saaid.net/mktarat/hajj/4.htm Disalin dari brosur yang dibagiakn secara cuma-cuma, tanpa no, bulan dan tahun]
Courtesy of Almanhaj.or.id
Selengkapnya...

Saturday, October 17, 2009

Kedzaliman diri

penulis asmaul chusna |


Bismillah...

Adakalanya manusia itu menjadi sangat bodoh. Betapa tidak, pikiran dan nuraninya yang senantiasa menyuruh pada kebenaran, bisa dikalahkan oleh yang namanya perasaan. Memang Allah menciptakan manusia lengkap dengan pikiran dan akal. Akan tetapi, pada saat manusia itu terkalahkan oleh perasaannya sendiri dengan mengabaikan kebenaran yang telah datang pada dirinya. Maka jelas, dia telah dzalim pada dirinya sendiri. Dan Allah tidak menyukai orang yang dzalim, an sich pada dirinya sendiri.


Banyak sekali hikmah yang bisa kita dapatkan saat kita menginstropeksi diri kita sendiri. Betapa kegagalan, keterpurukan dan kejadian buruk lain yang pernah kita alami, sebenarnya adalah balasan yang diberikan Allah atas apa yang kita lakukan sendiri. Apa yang kita lakukan pada diri kita sendiri itulah yang mendatangkan taqdir Allah. Setiap taqdir baik maupun taqdir buruk, semuanya adalah refleksi dari sikap kita terhadap diri kita dan Allah. Mengapa begitu?

Allah menyatakan dalam hadits qudsi yang cukup panjang yang diriwayatkan Imam Muslim (2577);

Dari Sa’id bin Abdul Aziz, dari Rabi’ah bin Yazid, dari Abu Idris bin Khaulani, dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah ra. Dari Nabi SAW, bahwasanya Allah berfirman;
“....Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya semua itu adalah amal perbuatan kalian, dan semua itu akan Aku perhitungkan untuk kalian, dan akan Aku berikan balasan yang sempurna kepada kalian atasnya. Oleh karena itu, barangsiapa mendapatkan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah. Dan barangsiapa yang mendapatkan selain dari itu, hendaklah dia tidak mencela kecuali dirinya sendiri.”

Semuanya dikarenakan manusia diberikan karunia oleh Allah berupa akal dan pikiran yang membuat manusia bebas berbuat dan memilih perbuatan yag dikehendakinya. Dan dia akan dihisab atas perbuatan yang dikerjakannya dan dicela atas pengabaiannya terhadap hak Allah. Manusia diberikan kebebasan untuk fujuur (durhaka) atau taqwa sesudah kebenaran dari Allah datang padanya. Semuanya terserah kita, karena ketaqwaan maupun kedurhakaan kita tidak mengurangi Kemuliaan dan Kekuasaan Allah. Allah yang Maha Luas Rahmatnya akan tetap menghargai kita sebagai makhluqNya. Hanya saja kedurhakaan, kemaksiatan dan kedzaliman kita pada diri kita sendiri, pada orang lain bahkan pada Allah tidak akan diabaikan begitu saja. Allah hanya menundanya beberapa waktu saja sehingga Allah menghitung amal perbuatan itu dan selanjutnya akan diberikan balasan atasnya.

Lalu, jika Allah telah menentukan janjiNya yang pasti, apakah kita ini masih saja memperturutkan perasaan kita saat pikiran dan akal telah menyuarakan kebenaran Allah?? Apakah kita masih hanya memperturutkan apa yang kita sukai padahal itu adalah hal yang dibenci Allah?? Apakah kita masih saja berbuat dzalim pada Allah dan diri sendiri dengan melupakan hak-hak Allah dan hak-hak jasad -jiwa yang diciptakan Allah ini?? Sungguh merugilah kita yang tidak menyadarinya. Padahal setiap ruas tulang kita memiliki hak untuk diibadahkan pada Allah, setiap lintasan pikiran yang kita pikirkan punya hak untuk diarahkan pada niat ibadah lillah...

Dari Abu Dzarr ra, bahwa Rosulullah SAW bersabda: “ Bagi masing-masing persendian (ruas) dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan shodaqahnya. Setiap tasbih adalah shodaqah, setiap tahmid adalah shodaqah, setiap tahlil adalah shodaqah, setiap takbir adalah shodaqah, menyuruh berbuat baikpun juga shodaqah, dan mencegah kemungkaran shodaqah. Dan semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat dhuha” (HR. Muslim[720])

Ya Allah, Engkaulah Robb-ku, tiada yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau menciptakan aku dan aku adalah hambaMu. Aku berada di atas janjiMu, semampuku. Aku mohon perindungan dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui banyaknya nikmat yang Engkau berikan kepadaku dan aku mengakui dosa-dosaku Ya Allah... maka ampunilah aku. Karena sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa melainkan Engkau.

Allahu a’lam bish showwab

Silent room,
Malang, Oct 14th 2009

Selengkapnya...

My Readers